Saat ini berita-berita di media massa sangat gencar memberitakan kasus korupsi di pemerintahan. Skandal pejabat dibuka dan menjadi konsumsi masyarakat. Yang melakukan interogasi adalah seorang pejabat atau mantan pejabat yang duduk di suatu lembaga yang dianggap independen dan dianggap bersih. Namun yang melakukan interogasi juga tidak luput dari tuduhan yang sama sehingga gantian dia juga harus di hadapkan ke meja pengadilan. Masyarakat turut menghakimi pejabat dengan demonstrasi, dengan unjuk rasa dan memberikan komentar yang seakan-akan menyesalkan tindakan tersebut. Padahal di lain pihak masyarakat juga melakukan hal yang sama di dalam lingkungan pekerjaannya walaupun dengan skala yang kecil yang tidak dapat diketahui orang banyak. Seseorang menuduh orang lain berbuat sesuatu, namun sebenarnya dia juga melakukan hal yang sama.
Rasul Paulus mengirim surat kepada Jemaat di Roma mengenai hal menghakimi orang lain. Di dalam Roma 2:1 dikatakan bahwa siapapun yang menghakimi orang lain, tidaklah bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain sebenarnya juga menghakimi diri sendiri, karena orang tersebut juga melakukan hal yang sama. Hal inilah yang dianggap perlu disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Roma agar jangan melakukan hal tersebut.
Saudara, memperbincangkan orang lain atau menuduh orang lain berbuat sesuatu sangat enak dan sangat mudah untuk diungkapkan. Ada begitu banyak teman yang siap untuk mendengarkannya. Ada begitu banyak teman yang siap untuk membahasnya. Namun pernahkah kita berpikir, apabila orang lain juga melakukan hal sama seperti yang kita lakukan. Demikian juga halnya ketika kita memprotes, ketika kita menghujat kelakuan para pejabat dan petinggi di pemerintahan saat ini, mungkin juga kita telah melakukan hal yang sama dengan pejabat tersebut walaupun dalam skala kecil yang tidak material dan tidak begitu diperhitungkan oleh orang lain. Dengan kata lain kita tidak bisa luput dari hal yang sama karena kita semua adalah orang yang berdosa dari semula. Maksudnya bukan berarti kita menerima kondisi ini, tapi lebih daripada itu agar kita introspeksi, memeriksa diri sendiri agar tidak cepat untuk menghakimi orang lain. Pada saat Yesus melayani di dunia ini, Dia yang tidak berdosa tidak pernah menghakimi orang berdosa, Dia tidak menghukum seorang pelacur yang datang kepadanya, tidak menghakimi orang farisi, tidak menghakimi pemungut cukai yang selalu dianggap koruptor pada saat itu, tidak menghakimi setiap orang, dan lain sebagainya. Yesus datang bukan untuk menghakimi tapi untuk melayani setiap orang dan menyelamatkan setiap orang berdosa. (Yohanes 3:17). Oleh karena Yesus datang bukan untuk menghakimi tetapi untuk melayani dan menyelamatkan orang berdosa, maka kita yang merupakan pengikutNya harus memiliki pandangan yang sama. Kita harus meneladani sikap Yesus yaitu datang untuk melayani dan menyampaikan missi Yesus Kristus, memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat manusia.
MARI UNTUK TIDAK MENGHAKIMI ORANG LAIN.
Puji nama Tuhan.
Amin
Kesabaran tidak ditentukan dari seberapa lama kita dapat menahan tekanan dari luar tetapi seberapa lama kita dapat menahan tekanan dari diri sendiri
BERSABARLAH
Ada ungkapan di masyarakat bahwa sabar itu ada batasnya.
Ungkapan diatas sah-sah saja karena manusia memang terbatas kemampuannya untuk dapat menahan kesabaran. Ketika pertama kali ditindas atau dirampas hak-hak seseorang oleh orang lain, orang tersebut masih dapat bersabar. Ketika kedua kali, ketiga kali, keempat kali dan seterusnya orang tersebut ditindas, akhirnya kesabaran memuncak, amarah meluap dan terjadilah serangan balik ke arah orang yang melakukan penindasan. Maka jangan heran, ada begitu banyak terjadi keributan, kekacauan, perkelahian dan bahkan pembunuhan diakibatkan memuncaknya kesabaran seseorang.
Di dalam I Korintus 13:4 dikatakan bahwa kasih itu sabar. Ini adalah salah satu rumusan yang diberikan oleh Rasul Paulus mengenai kasih. Begitu sederhana dan gampang dicerna. Paulus menulis Kasih di dalam bahasa aslinya yaitu agave, yaitu suatu pemberian cinta yang tidak mengharapkan imbalan, yang tidak mengharapkan balasan. Kalau dikatakan bahwa kasih itu sabar berarti sabar yang dimaksud disini adalah sabar yang tiada batasnya, sabar yang tidak berbalas, sabar yang tidak memantulkan suatu hubungan timbal balik.
Saudara, memiliki sikap bersabar memang sangat sukar untuk diterapkan. Kita berkata bahwa kesabaran itu ada batasnya karena manusia terbatas kemampuannya dan itu benar adanya. Tapi jangan salah bahwa ketika sebuah masalah ditimpakan kepada kita, Tuhan mengijinkan itu terjadi dalam kapasitas kita sebagai manusia bukan dalam kapasitas sebagai manusia super atau sebagai malaikat. Artinya Tuhan memberi suatu ujian kesabaran kepada kita tidak melampaui kemampuan yang kita miliki (I Korintus 10:13).
Manusia sendiri yang selalu mengkondisikan diri dengan mengatakan bahwa tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk menghadapi permasalahan yang ada dan mengatakan sabar ada batasnya.
Ketika Tuhan mengijinkan kita diuji dengan adanya seorang suami yang suka main tampar, suka mabuk-mabukan, kita berkata bahwa kita tidak sabar lagi melihat kelakuan suami seperti itu dan minta bercerai. Ketika di kantor kita memiliki teman atau pemimpin yang arogan dan suka menghina, kita berkata bahwa kesabaran ada batasnya dan kita melawan serta menjadi musuhnya. Ketika di jalanan yang semrawut dan macet, ada orang yang menyenggol kendaraan dan lantas dia memaki-maki kita, kita berkata bahwa sabar ada batasnya dan kita balik menyerang dan memaki orang tersebut. Kita cenderung tidak sabar dalam segala hal dan menganggap seakan-akan Tuhan memberikan suatu cobaan yang begitu berat dan tidak ada ujungnya. Padahal firman Tuhan katakan bahwa kasih itu sabar, sehingga kalau kita mengasihi berarti kita adalah orang yang sabar. Kalau kita mengatakan tinggal dan ada di dalam kasih, itu berarti kita tinggal di dalam kesabaran. Dan walaupun kita merupakan manusia yang terbatas kemampuannya, ketahuilah, firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan bagi setiap orang untuk dapat menjalani hari-hari yang begitu berat dan akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang kita hadapi karena Dia tahu bahwa kita adalah manusia dan Dia tahu kemampuan kita. Dia tahu jalan dan arah yang akan kita tuju yaitu suatu hari depan yang penuh harapan. Oleh karena itu, mari selalu bersabar dalam segala hal agar kita dapat melihat karya Tuhan yang begitu dahsyat dalam kehidupan kita. Dan Pesan renungan kali ini adalah : bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12).
Puji nama Tuhan. Amin
Ungkapan diatas sah-sah saja karena manusia memang terbatas kemampuannya untuk dapat menahan kesabaran. Ketika pertama kali ditindas atau dirampas hak-hak seseorang oleh orang lain, orang tersebut masih dapat bersabar. Ketika kedua kali, ketiga kali, keempat kali dan seterusnya orang tersebut ditindas, akhirnya kesabaran memuncak, amarah meluap dan terjadilah serangan balik ke arah orang yang melakukan penindasan. Maka jangan heran, ada begitu banyak terjadi keributan, kekacauan, perkelahian dan bahkan pembunuhan diakibatkan memuncaknya kesabaran seseorang.
Di dalam I Korintus 13:4 dikatakan bahwa kasih itu sabar. Ini adalah salah satu rumusan yang diberikan oleh Rasul Paulus mengenai kasih. Begitu sederhana dan gampang dicerna. Paulus menulis Kasih di dalam bahasa aslinya yaitu agave, yaitu suatu pemberian cinta yang tidak mengharapkan imbalan, yang tidak mengharapkan balasan. Kalau dikatakan bahwa kasih itu sabar berarti sabar yang dimaksud disini adalah sabar yang tiada batasnya, sabar yang tidak berbalas, sabar yang tidak memantulkan suatu hubungan timbal balik.
Saudara, memiliki sikap bersabar memang sangat sukar untuk diterapkan. Kita berkata bahwa kesabaran itu ada batasnya karena manusia terbatas kemampuannya dan itu benar adanya. Tapi jangan salah bahwa ketika sebuah masalah ditimpakan kepada kita, Tuhan mengijinkan itu terjadi dalam kapasitas kita sebagai manusia bukan dalam kapasitas sebagai manusia super atau sebagai malaikat. Artinya Tuhan memberi suatu ujian kesabaran kepada kita tidak melampaui kemampuan yang kita miliki (I Korintus 10:13).
Manusia sendiri yang selalu mengkondisikan diri dengan mengatakan bahwa tidak bisa bersabar lebih lama lagi untuk menghadapi permasalahan yang ada dan mengatakan sabar ada batasnya.
Ketika Tuhan mengijinkan kita diuji dengan adanya seorang suami yang suka main tampar, suka mabuk-mabukan, kita berkata bahwa kita tidak sabar lagi melihat kelakuan suami seperti itu dan minta bercerai. Ketika di kantor kita memiliki teman atau pemimpin yang arogan dan suka menghina, kita berkata bahwa kesabaran ada batasnya dan kita melawan serta menjadi musuhnya. Ketika di jalanan yang semrawut dan macet, ada orang yang menyenggol kendaraan dan lantas dia memaki-maki kita, kita berkata bahwa sabar ada batasnya dan kita balik menyerang dan memaki orang tersebut. Kita cenderung tidak sabar dalam segala hal dan menganggap seakan-akan Tuhan memberikan suatu cobaan yang begitu berat dan tidak ada ujungnya. Padahal firman Tuhan katakan bahwa kasih itu sabar, sehingga kalau kita mengasihi berarti kita adalah orang yang sabar. Kalau kita mengatakan tinggal dan ada di dalam kasih, itu berarti kita tinggal di dalam kesabaran. Dan walaupun kita merupakan manusia yang terbatas kemampuannya, ketahuilah, firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan bagi setiap orang untuk dapat menjalani hari-hari yang begitu berat dan akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang kita hadapi karena Dia tahu bahwa kita adalah manusia dan Dia tahu kemampuan kita. Dia tahu jalan dan arah yang akan kita tuju yaitu suatu hari depan yang penuh harapan. Oleh karena itu, mari selalu bersabar dalam segala hal agar kita dapat melihat karya Tuhan yang begitu dahsyat dalam kehidupan kita. Dan Pesan renungan kali ini adalah : bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12).
Puji nama Tuhan. Amin
JALAN KEMENANGAN
Jalan Kemenangan
2 Korintus 2:14
Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.
Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12
Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan mana yang ingin atau tidak ingin ia lewati. Ada berbagai macam pula alasannya. Tetapi semua orang pasti memilih jalan yang enak dan nyaman untuk dilewati. Namun ada satu jalan yang suka dilewati oleh Yesus Kristus dan Ia ingin semua para pengikut-Nya melewati jalan yang sama. Jalan itu disebut Jalan Kemenangan. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa Ia selalu membawa kita di jalan kemenangan-Nya. Ternyata jalan itu memang didesign untuk kita lewati, bukan untuk orang lain. Tetapi mengapa justru jalan ini jarang dilalui oleh anak-anak-Nya?
Syarat untuk melewati jalan itu ialah ‘dalam Kristus'. Artinya, hanya dengan kesediaan kita untuk hidup di dalam kendali, pimpinan dan tuntunan Kristus, barulah kita dapat melalui jalan kemenangan itu. Jelas sekali sangat membutuhkan penyangkalan diri untuk dapat melewati jalan itu. Apa yang kita mau dengan apa yang Tuhan mau jauh berbeda. Selera kita dengan selera Tuhan juga berbeda. Namun kalau kita memilih untuk mengikuti kemauan dan selera Kristus, maka kita pasti akan hidup di jalan kemenangan-Nya.
Pada saat kita memilih selera Tuhan daripada selera kita, itulah yang disebut dengan salib. Perbedaan selera tersebut menuntut kita untuk memilih satu di antaranya. Ingat, tidak ada kemuliaan dan kemenangan tanpa salib dan penderitaan terlebih dahulu. Allah ingin sekali membawa kita untuk mengalami hidup yang berkemenangan, supaya hidup kita menyebarkan keharuman pengenalan akan Allah. Melebihi keinginan kita, Allah jauh lebih ingin supaya kita, anak-anak-Nya, hidup berkemenangan.
Pada waktu kita tidak hidup di jalan kemenangan-Nya, maka kita memiliki peluang yang besar untuk merusak reputasi Allah. Amin.
2 Korintus 2:14
Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.
Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12
Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan mana yang ingin atau tidak ingin ia lewati. Ada berbagai macam pula alasannya. Tetapi semua orang pasti memilih jalan yang enak dan nyaman untuk dilewati. Namun ada satu jalan yang suka dilewati oleh Yesus Kristus dan Ia ingin semua para pengikut-Nya melewati jalan yang sama. Jalan itu disebut Jalan Kemenangan. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa Ia selalu membawa kita di jalan kemenangan-Nya. Ternyata jalan itu memang didesign untuk kita lewati, bukan untuk orang lain. Tetapi mengapa justru jalan ini jarang dilalui oleh anak-anak-Nya?
Syarat untuk melewati jalan itu ialah ‘dalam Kristus'. Artinya, hanya dengan kesediaan kita untuk hidup di dalam kendali, pimpinan dan tuntunan Kristus, barulah kita dapat melalui jalan kemenangan itu. Jelas sekali sangat membutuhkan penyangkalan diri untuk dapat melewati jalan itu. Apa yang kita mau dengan apa yang Tuhan mau jauh berbeda. Selera kita dengan selera Tuhan juga berbeda. Namun kalau kita memilih untuk mengikuti kemauan dan selera Kristus, maka kita pasti akan hidup di jalan kemenangan-Nya.
Pada saat kita memilih selera Tuhan daripada selera kita, itulah yang disebut dengan salib. Perbedaan selera tersebut menuntut kita untuk memilih satu di antaranya. Ingat, tidak ada kemuliaan dan kemenangan tanpa salib dan penderitaan terlebih dahulu. Allah ingin sekali membawa kita untuk mengalami hidup yang berkemenangan, supaya hidup kita menyebarkan keharuman pengenalan akan Allah. Melebihi keinginan kita, Allah jauh lebih ingin supaya kita, anak-anak-Nya, hidup berkemenangan.
Pada waktu kita tidak hidup di jalan kemenangan-Nya, maka kita memiliki peluang yang besar untuk merusak reputasi Allah. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)